DIANTARA KEUTAMAAN KOTA MAKKAH
1.
Tempat
dibangunnya Baitullah,
2.
Tempat
kelahiran dan Kenabian Nabi Muhammad Saw.,
3.
Tempat
yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia untuk mengunjunginya dan beribadah
disana; orang yang dekat maupun yang jauh,
4. Tempat yang tidak boleh seorangpun
masuk ke dalamnya kecuali dengan kerendahan hati, khusyu`, kepala
terbuka, dan meninggalkan segala perhiasan dan kebanggaan duniawi,
5. Tempat yang dijadikan oleh Allah
sebagai
tanah suci yang aman, yang tidak boleh ada pertumpahan darah,
6. Tempat yang dimaksudkan untuk
menghapuskan dosa-dosa masa lalu,
7. Tempat disyariatkannya kepada manusia
untuk thawaf di Ka`bah,
8. Tempat yang yang diizinkan oleh Allah
untuk menghadap dan melambaikan tangan; kepada Ka`bah Hajar Aswad, dan Rukun
Yamani. Tidak ada satupun tempat di
dunia yang diizinkan untuk melambaikan tangan kecuali tempat-tempat tersebut,
9. Tempat yang menjadi kiblat manusia
sedunia,
10. Tempat yang terdapat didalamnya
shalat dilipatgandakan pahalanya oleh Allah sangat banyak,
11. Tempat yang
dilarang oleh Allah untuk menghadap dan membelakanginya ketika buang hajat di
tempat terbuka,
12. Tempat yang
diberi balasan bagi orang yang masih berniat buruk/jahat walaupun belum
melakukannya. Jikalau melakukannya diberi ganjaran dosa yang berlipatganda,
13. Tempat yang
dijadikan oleh Allah sebagai salah satu objek sumpah Allah,
14. Tempat yang
tidak dibolehkan dimasuki oleh orang-orang kafir,
15. Tempat yang
dijaga oleh para malaiakat sehingga tidak bisa dimasuki oleh Dajjal,
16. Negeri yang
paling dicintai oleh Rasul Saw..
MASJIDIL HARAM
Yang dimaksud dengan Masjidil
Haram adalah Ka`bah, tempat thawaf di sekelilingnya, bangunan dan
halaman tempat shalat, serta semua bagian perluasan yang dilakukan sejak masa
Umar bin Khattab sampai perluasan terakhir. Shalat di masjidil Haram ini adalah
lebih baik daripada masjid lainnya 100.000 derajat.
Setelah perluasan Saudi II
(lantai dasar, lantai atas, dan lantai atap, dll.) luas keseluruhan Masjidil
Haram menjadi 278.000 m persegi dengan daya tampung 694.000 jamaah, didukung
oleh sekitar 100 an pintu dan 9 menara. Menara yang tinggi menjulang ke langit dibangun di
atas pondasi seluas 7 m persegi dan di tengahnya terdapat tangga melingkar
menuju ke dua balkon menara.
Untuk memudahkan jamaah
menunaikan hajat mereka dan berwuduk, di halam masjidil Haram di depan pintu
Malik bin Abdul Azi) dan di halaman yang dekat dengan Marwa dibangun toilet
untuk laki-laki dan perempuan secara terpisah, masing-masing terdiri dari dua
lantai. Luas keseluruhannya mencapai 14.000 m persegi. Belakang di depan pintu
Malik bin Abdul Aziz juga di tambah tempat berwuduk saja dan di dekat pintu
umrah toilet juga ditambah. Bagi jamaah yang ingin shalat di lantai dua
disediakan tangga-tangga elektronik di pintu Ajyad, pintu al-Fath, pintu Shafa,
pintu Marwa, dan di pintu Syamiyah.
Sejak peninggalan Rasul Saw.
telah dilakukan beberapa kali perluasan Masjidil Haram, yaitu;
1. Di masa Khalifah Umar bin
Khattab pada tahun 17 H/639
2. Di masa Khalifah Utsman bin
Affan 26 H/648 M
3. Di masa Khalifah Abdullah bin
Zubair 65 H/685 M
4. Di masa Khalifah al Walid bin
Abd. Malik 91 H/709 M
5. Di masa Khalifah Abu Ja`far
al–Manshur al-`Abbasi 137 H/755 M
6. Di masa Khalifah Muhammad
al-Mahdi al-`Abbasi 160 H/777 M
7. Di masa Khalifah Al-Mu`tadlid
al-`Abbasi 284 H/897 M
8. Di masa Khalifah Al-Muqtadir
al-`Abbasi 306 H/918 M
9. Di masa Raja Abdul Aziz 1375
H/1955 M
10. Di masa Raja Fahd 1409 H/1988
M
KA`BAH
Ka`bah di dalam al-Qur`an
disebutkan dengan nama-nama: al-Bait, Baitullah, al-Bait al-Haram, al-Bait
al-`Atiq, dan Qiblat. Di dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa
Ka`bah direnovasi setidaknya 12 kali sepanjang sejarah. Diantara yang pernah
merenovasi Ka`bah adalah: Malaikat, Nabi Adam As., Nabi Syits bin Adam As, Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail, al-`Amaliqah, Jurhum, Qushai bin Kilab, Qurays,
Abdullah bin Zubair (65 H), Hajjaj bin Yusuf (74 H), Sultan Murad al-Utsmani
(1040 H), dan Raja Fahd bin Abd. Aziz (1417 H.).
Setelah renovasi terakhir, dondisi
Ka`bah adalah; tinggi Ka`bah 14 m, panjang dari arah Multazam ke Hijir Ismail 12,84
m, panjang sisi Hijir Ismail 11,28 m, antara Rukun Yamani dan Hijir Ismail
12,11 m, antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad 11,52 m, diameter dari Ka`bah ke
Hijir Ismail 8.46 m, panjang seluruh Hijir Ismail 17.57 m (setengah lingkaran).
Di dalam Ka`bah terdapat tiga tiang utama penyangga atap yang
terbuat dari kayu yang berdiameter 44 cm dan jarak antar tiang 2,35 m. Di
sebelah kanan dalam Ka`bah terdapat tangga menuju atap. Tangga tersebut
memiliki pintu yang dikenal dengan bab al-taubah (pintu taubat).
Pondasi Ka`bah
Setelah beribu-ribu tahun dan
setelah pertama kali dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As ternyata
pondasi Ka`bah sangat kuat. Pondasi peninggalan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail
As adalah batu-batu besar yang keras berbentuk seperti punggung onta. Ketika
direnovasi pada tahun 1417 H pondasi tersebut dibongkar, ternyata kedalamannya
sekitar 1,40 m. Hingga saat ini pondasi tersebut sudah berumur lebih dari 5000
tahun. Ini sebagai tanda bahwa pondasi Ka`bah dirancang oleh Allah untuk sampai
kiamat nanti.
Pintu Ka`bah
Ketika pertama kali dibangun
oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As, Ka`bah memiliki dua pintu yang
menyentuh tanah. Pintu Timur digunakan untuk masuk ke Ka`bah dan pintu Barat
untuk jalan keluar. Ketika kaum Qurays merenovasi Ka`bah, mereka menutup pintu
Barat. Sedangkan pintu Timur ditinggikan dari permukaan tanah dan daun pintunya
dibuat menjadi dua. Pada renovasi Raja Sa`ud terakhir pintu Ka`bah dan pintu
Taubah dibuat dengan dilapisi emas.
Kiswah (Kain Hitam) Penutup
Ka`bah
Dikabarkan bahwa yang pertama
kali mengkiswahi Ka`bah adalah Nabi Ismail As. Pada masa Islam, Rasul Saw. yang
pertama kali mengkiswahinya dan dilanjutkan oleh para penguasa setelah itu.
Sejak tahun 656 H/1258 M, kiswah didatangkan dari Mesir dan diberhentikan pada
tahun 1343 H/1924 M. pada tahun 1346 H Saudi membuat pabrik Ka`bah dan kiswah
berasal dari pabrik tersebut. Pada tahun 1355 H diadakan perjanjian antara
Mesir dan Saudi, pengiriman kiswah Ka`bah kembali dilakukan dari Mesir sampai
tahun 1381 H. Pada tahun 1382 H pemerintah Saudi kembali membuka dan
mengaktifkan pabrik kiswah lama sampai dibangunnya pabrik kiswah baru di
Mekkah.
Kiswah yang membungkus Ka`bah terbuat
dari sutra murni yang diberi warna hitam disekelilingnya dan dirajut dengan
tulisan-tulisan arab dari emas. Tinggi kiswah 14 m, berat sutra yang digunakan
670 Kg, lebar kiswah dari pintu 11,67 m, antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani
10,18 m, sisi Hijir Ismail 9,90 m, antara Rukun Yamani dan Rukun Syami 12,04 m,
dan luas atap kiswah 658 m persegi.
Talang Air
Terletak di atas bagian Hijir
Ismail, dibuat guna memperlancar peredaran air dari atap Ka`bah ketika proses
pencucian maupun guna mengantisipasi genangan air akibat hujan. Talang air pertama
kali dibuat oleh kaum Qurays, bersamaan dengan membuat atap Ka`bah, yang
sebelumnya tidak beratap. Saat ini talang air ini sudah dilapisi dengan emas
maka sering dikenal dengan `talang emas`. Menurut para ulama di bawah talang
air ini adalah tempat do`a mustajab.
Hajar Aswad
Hajar Aswad berada di salah
satu sudut Ka`bah, sekitar 1,10 m dari tanah, panjang 25 cm, dan lebar sekitar
17 cm. Hajar Aswad ini awalnya merupakan satu bongkah batu saja, tetapi
sekarang berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu-batu kecil karena pernah pecah,
saat pencurian Hajar Aswad pada tahun 319 H dan dikembalikan lagi ke posisinya
pada tahun 339 H. Gugusan yang terbesar seukuran satu buah kurma dan tertanam
di batu besar lain yang dikelilingi oleh ikatan perak.
Hajar Aswad ini kata Rasul Saw.
diturunkan dari surga dan warnanya lebih putih daripada susu. Namun dosa-dosa
anak cucu Adam lah yang menjadikannya hitam.
Orang-orang yang thawaf dianjurkan untuk mencium Hajar Aswad atau
menyentuhnya, paling minimal melambaikan tangan kepada Hajar Aswad di saat akan
memulai thawaf.
Multazam
Adalah bagian Ka`bah yang
terletak antara sudut Kabah yang ada Hajar Aswad dan pintu Ka`bah (ukurannya
sekitar 2 m). Multazam merupakan tempat do`a dikabulkan dan dianjurkan berdo`a
di tempat ini dengan menempelkan kedua telapak tangan, pipi dan dada ke dinding
Ka`bah.
Hijir Ismail
Adalah bangunan terbuka yang
membentuk setengah lingkaran. Pada mulanya Hijir Ismail membentuk lingkaran
utuh, tetapi pada saat renovasi pada zaman Qurays setengah lingkarannya
terpotong. Hijir ismail pada asalnya merupakan bagian dari Ka`bah dan tidak jadi
dijadikan sebagai Ka`bah, karena kaum Qurays kehabisan dana ketika merenovasi
Ka`bah. Karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka`bah, tidak sah thawaf dilakukan
di dalam Hijir Ismail.
MAQAM IBRAHIM
Adalah batu yang dibawa oleh
Nabi Ismail As yang digunakan sebagai tempat Nabi Ibrahim As berpijak ketika
membangun Ka`bah. Posisinya berada di sisi Ka`bah yang ada pintu Ka`bah. Dari
atas batu itulah Nabi Ibrahim As membangun Ka`bah dengan tangannya sendiri. Seorang
yang telah menyelesaikan thawaf haji atau thawaf umrah dianjurkan
untuk melaksanakan shalat sunat dua rakaat di belakangnya.
SUMUR ZAMZAM
Sumur zamzam berasal dari
sebuah mata air yang bersumber dari dalam tanah, di saat Nabi Ismail As kehausan.
Dulu, Nabi Ibrahim As membawa istrinya, Hajar dan Ismail ke Makkah. Lalu Nabi
Ibrahim As meninggalkan keduanya untuk berdakwah dan mereka dibekali dengan kurma
dan air minum. Setelah beberapa lama, air minum mereka habis, maka Hajar
berlari-lari ke puncak Shafa untuk mencari pertolongan kepada orang-orang yang
mungkin melihatnya, tapi tidak ada. Kemudian ia berlari ke Bukit Marwa untuk
melakukan hal yang sama, tapi tidak ada juga. Di saat pencarian itulah nampak
air menyembur dari bawah pipi Nabi Ismail As yang sedang kehausan. Hajarpun
kemudian menggali sumber air tersebut. Posisinya sekitar 11 m dari Ka`bah yang
hampir sejajar dengan posisi sudut yang terdapat Hajar Aswad.
BUKIT SHAFA dan MARWA
Bukit Shafa adalah bukit yang
berada sekitar 130 m ke arah Selatan dari Ka`bah. Dari tempat ini ibadah sa`i
bermula. Dan bukit Marwa adalah bukit kecil dari batu api atau geretan, yaitu
batu putih yang keras yang berada sekitar 300 m ke arah Timur Laut dari rukun
Syami (sudut Ka`bah ke arah Syam). Dari tempat ini ibadah sa`i berakhir.
Bukit Shafa dan Marwa memiliki arti penting dalam sejarah islam karena banya
perkara penting sepanjang sejarah yang terjadi di ke dua bukit ini.
JABAL TSUR
Jabal Tsur adalah gunung yang
tertinggi di Makkah, letaknya sekitar 7 Km dari Masjidil Haram, arah Selatan.
Gua ini menjadi sangat berarti penting karena di tempat ini Nabi bersembunyi selama
3 hari saat akan melanjutkan perjalanan Hijrah beliau menuju Madinah bersama
Abu Bakar.
Pada malam Nabi memulai
perjalanan hijrah, di siang harinya Ia mengabarkan Abu Bakar rencana hijrah
tersebut dan meminta Abu Bakar bersiap-siap untuk berangkat di malam hari serta
mengatur starategi dengan anak-anak Abu Bakar. Abdullah, anak Abu Bakar dan
pembantunya disuruh untuk mengembalakan kambing setiap hari di Jabal Tsur
sambil mencari tahu kabar yang beredar di Makkah. Setiap sore hari Abdullah
menyinggahi Nabi dan Abu Bakar untuk mengantarkan air susu kambing. Sedangkan
Asma, anak Abu Bakar bertugas mengantarkan makanan.
Sebelum berangkat, Rasul Saw. menitipkan
kepada Ali bin Abi Thalib semua titipan orang Qurays yang berada di tangan
Rasul Saw. dan meminta Ali untuk mengembalikannya. Ali juga diminta untuk menggantikan
Rasul di tempat tidurnya pada malam hari keberangkatan itu. Karena sudah curiga
bahwa Rasul Saw. akan berhijrah, pada malam hari para algojo Qurays dari
berbagai kabilah sudah berkumpul dan mengepung rumah Rasul, mengintai beliau
keluar.
Malam itu Rasul keluar dengan
mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke wajah mereka sambil membaca QS:
Yasin: 9. Sehingga tidak seorang musuhpun yang melihat Rasul Saw.. Lalu Ia menyinggahi
Abu Bakar dan memulai perjalanan hijrah. Mereka berdua lalu menuju gua Tsur
untuk bersembunyi sambil mengamati berita yang berkembang di Makkah dan membaca
situasi. Ketika sudah sampai di gua Tsur, mereka berdua memasukinya.
Untuk mengelabui para algojo
kafir Qurays yang mengejar mereka, Allah menutup mulut goa dengan jaring
laba-laba dan sarang merpati yang sedang bertelur. Sehingga terkesan bahwa
mulut goa ini tidak pernah dimasuki orang dan mereka berkesimpulan bahwa Nabi Saw.
tidak bersembunyi di dalam goa tersebut. Kisah ini diabadikan di dalam QS:
Al-Taubah: 40.
Setelah dirasa aman, Rasul Saw.
kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah melalui arah yang berlawan
dengan Madinah dan menempuh jalan yang tidak biasa dipakai untuk perjalanan
Madinah dengan panduan guide yang bernama Amir bin Fahirah.
JABAL RAHMAH DAN ARAFAH
Tempat ini dinamakan Arafah
karena:
1. Ketika Jibril mengajarkan
tentang manasik haji kepada Nabi Ibrahim As, ia bertanya kepada Nabi Ibrahim As:
"apakah kamu sudah paham?", Nabi Ibrahim As menjawab: "araftu"
(aku sudah paham).
2. Penamaan Arafah juga
berasal dari kalimat i`tarafa (pengakuan terhadap dosa yang dilakukan
dan memohon ampunan kepada Allah).
3. Sebagian ulama menyatakan
bahwa disinilah Hawa dan Adam bertemu dan saling mengetahui (`arafa) kembali keadaan masing-masing.
Arafah adalah tempat jamaah
haji melaksanakan wukuf sebagai pelaksanaan rukun haji pada tanggal 9
Dzulhijjah. Pada waktu itu semua jamaah haji berkumpul di padang Arafah ini. Allah
membebaskan banyak orang dari api neraka dengan jumlah yang tidak ada
bandingannya dengan hari-hari yang lain di tempat ini. Kata Rasul Saw., doa
yang paling afdhal adalah do`a di Arafah. Syaitan juga sangat hina dan kerdil
sekali menyaksikan banyaknya rahmat Allah dan besarnya ampunan Allah kepada
orang-orang yang minta ampun di hari itu. Jamaah Haji Indonesia diatur oleh
pemerintah Indonesia sudah berada di tempat ini pada tanggal 8 Dzulhijjah.
Disini Rasul Saw. melakukan
Khutbah pada saat melaksanakan Haji Wada`, tepatnya di posisi masjid Namirah
yang masih ada. Perlu diketahui bahwa bagian depan masjid Namirah tidak
termasuk ke dalam wilayah Arafah, sehingga tidak sah berwukuf di bagian
depan masjid. Rasul juga menaiki puncak Jabal Rahmah dan mengatakan bahwa siapa
yang sanggup untuk menaiki hendaklah menaikinya dan berdo`a di tempat itu.
Arafah terletak sekitar 22 Km,
sebelah tenggara Makkah dan merupakan tanah seluas sekitar 7 Km. Batasan-batasan
Arafah diberi tanda oleh pemerintah Saudi Arabia dengan tulisan yang jelas
"BIDAYATU ARAFAH (ARAFAH HERE) dan NIHAYATU ARAFAH (ARAFAH HERE)".
MUZDALIFAH
Dinamakan dengan Muzdalifah
Karena manusia mendatanginya pada awal atau pertengahan malam. Setelah terbenam
matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah seluruh jamaah haji bergerak dari Arafah
menuju Muzdalifah. Di sana mereka shalat Magrib dan Isya dijamak ta`khir
dan diqashar. Setelah Subuh mereka meninggalkan Muzdalifah dan bergerak
menuju Mina. Jamaah haji diperbolehkan mengumpulkan batu-batu kerikil di Muzdalifah
atau di Mina. Di sini terdapat masjid yang dikenal dengan masjidil al-Masy`aril
Haram.
Luas Muzdalifah secara
keseluruhan sekitar 12,25 Km, disana terdapat rambu-rambu yang menandai
batas-batas Muzdalifah "BIDAYATU MUZDALIFAH (MUZDALIFAH HERE) dan NIHAYATU
MUZDALIFAH (MUZDALIFAH HERE)".
MINA
Sebuah tempat yang mesti
disinggahi oleh orang yang menunaikan haji dan bermalam di tempat ini. Seluruhnya
berkumpul di tempat ini untuk mabit, setelah mereka bermabit di
Muzdalifah. Arealnya sempit tetapi mampu menampung berapapun banyaknya orang
yang mabit di tempat ini. Di dalam hadis disebutkan bahwa Mina itu
seperti rahim, meskipun terlihat kecil tapi ia akan meluas dan menyanggupi
untuk menampung semua yang berada di dalamnya. Di sekeliling Mina terdapat
rambu-rambu yang menandai batas-batas Mina "BIDAYATU MINA (MINA HERE) dan
NIHAYATU MINA (MINA HERE)"
Disini jamaah haji melontar jumrah
`Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, sebagai simbolik kemarahan dan
penghinaan kepada syaitan, bahwa kita tidak akan pernah mengagungkan dan
mengikutinya dalam menjalankan kehidupan sebagai hamba Allah. Pada hari itu
mereka juga dianjurkan untuk menyemblih binatang qurban (bukan dam).
Kedua hal ini sebagai tauladan terhadap kisah Nabi Ibrahim As ketika hendak
menyemblih Nabi Ismail As dan bertauladan kepada Rasul Saw. yang melakukan
lontar jumrah dan menyemblih hewan kurban di Mina ini.
Di Mina terdapat Masjid
al-Khaif yang posisinya berdekatan dengan jumrah Ula. Di masjid ini Nabi
pernah shalat dan para Nabi sebelumnya. Jamaah haji bermalam di Mina sampai
tanggal 13 Dzulhijjah dan di siang harinya melontar ketiga jumrah; Ula, Wustha
dan `Aqabah.
JABAL NUR & GUA HIRA`
Gua
hira adalah sebuah gua tempat Nabi beruzlah (menyendiri/menjauhkan diri
dari keramaian untuk beribadah) di usia mudanya, karena gerah dengan suasana
penduduk Makkah yang menyembah berhala dan kerkelakukan jahiliyah. Ia
mendekatkan diri kepada Allah yang dikenal dengan istilah tahannuts. Di
kala itu Ia didatangi oleh malaikat Jibril As untuk menyampaikan wahyu pertama; Iqra`
Bismi Rabbikalladzi Khalaq (QS: Al `Alaq: 1-5). Gua Hira ini
terdapat di Jabal Nur yang berjarak sekitar 6 Km dari Masjidil Haram, sebelah
Utara. untuk mendakinya butuh waktu lebih kurang 1 jam dan melalui pendakian
yang terjal dan sempit.
SALURAN AIR ZUBAIDAH (`AIN
ZUBAIDAH)
Sepanjang lereng perbukitan
yang memanjang dari Mina, Muzdalifah dan Arafah terdapat saluran air Zubaidah. Saluran
air ini dibangun sepanjang lebih kurang 10 mil sampai ke sumber air Hunain,
untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji terhadap air selama mereka berada di
Arafah, Muzdalifah dan Mina. Dinamakan dengan saluran air Zubaidah Karena
saluran air ini dibangun atas titah dari Zubaidah, istri Khalifah Harun
al-Rasyid setelah melihat kesulitan jamaah haji untuk memperoleh air selama
melaksanakan rangkaian ibadah haji.
MASJID JI`RONAH
Ji`ranah berada di antara
Thaif dan Makkah, lebih dekat ke Makkah. Berjarak sekitar 16 Km dari kota
Makkah. Rasul Saw. pernah singgah di tempat ini
untuk mengembalikan tawanan perang Hunain dari Hawazin dan membagikan
Ghanimah setelah kepulangannya dari peperangan Hunain. Karena perbekalan air
minum habis dan merasakan dahaga sedangkan di lembah ini tidak ditemukan adanya
sumber air, maka Rasul Saw. memukulkan tongkat beliau dan memancarlah air yang
bisa mencukupi seluruh yang ikut. Karena airnya sudah kering, belakangan sumur itu
ditutup.
Rasul Saw. kemudian berihram untuk
melaksanakan umrah dari tempat ini. Oleh karena itu menurut para ulama tempat
berihram (miqat makani) terbaik adalah di tempat ini, karena disini Nabi
memulai ihramnya. Di tempat ini sekarang terdapat masjid yang dikenal dengan
masjid Ji`ranah.
MASJID TAN`IM
Masjid Tan`im juga dikenal
dengan nama masjid Aisyah, Ummu al-Mukminin. Dinamakan dengan masjid Aisyah,
karena Ia mengambil miqat pada saat akan melaksanakan umrah di tempat
ini. Pada saat umrah itu seluruh rombongan sudah melaksanakan haji dan umrah,
sedangkan Sayyidah Aisyah belum melaksanakan umrah karena Ia masih dalam
keadaan haid di saat orang-orang melaksanakan tahawaf umrah/qudum, sehingga Ia tidak
bisa melaksanakan thawaf. Setelah pelaksanaan haji setelah Aisyah suci, Ia
minta izin untuk berumrah. Maka Rasul Saw. menyuruhnya untuk pergi bersama
Abdurrrahman Bin Abu Bakar (saudaranya) untuk mengantarnya ke Tan`im dan
berihram dari Tan`im, setelah melaksanakan haji pada bulan Dzulhijjah.
Peristiwa ini terjadi pada saat haji wada` di tahun ke 10 H.
Sejak itu, Tan`im menjadi miqat
makani bagi orang-orang yang berada di tanah haram dan berniat ingin
melakukan umrah. Tempat ini adalah miqat makani terdekat dibanding miqat
makani lainnya, yang berjarak sekitar 7,5 Km dari Masjidil Haram, berada
dipinggir jalan Makkah menuju Madinah.
PEMAKAMAN MA`LA
Pemakaman ini terdapat di
sebelah kiri Masjidil Haram. Di dalamnya terdapat kuburan Siti Khadijah, istri
Rasul Saw., para sahabat, tabi`in dan jamaah haji dan umrah yang meninggal di
Makkah. Selain Ma`la, di Makkah juga terdapat pemakaman Syarai`.
MASJID HUDAYBIAH
Hudaybiah merupakan tempat
para sahabat Nabi berbai`at (berjanji setia) kepada Rasul Saw. untuk memerangi
kafir Qurays yang dikenal dengan Bai`atul Ridlwan pada tahun ke 6 H.. Di tempat
ini juga Rasul Saw. melakukan perjanjian Hudaybiah (Sulh al-Hidaybiah)
dengan orang kafir Qurays. Masjid Hudaybiah terletak 24 Km dari masjidil Haram.
Pada saat di Hudaibiyah para
sahabat mengadukan bahwa mereka tidak ada air untuk berwuduk dan air minum
kepada Rasul Saw.. Pada saat itu Rasul Saw. masih ada air di ember kecil untuk
berwuduk beliau pribadi dan minum. Maka Rasul Saw. memasukkan tangannya ke
dalam ember kecil itu, dan air mengalir terus menerus sehingga cukup untuk
berwuduk dan air minum rombongan yang jumlahnya sekitar 115 orang. Diriwayatkan
bahkan jikalau seratus ribupun yang ada, air itu pasti akan mencukupi mereka.
Keluarnya air dari sela-sela jari-jarinya yang mulia merupakan salah satu
mukjizat beliau.
MASJID JIN
Masjid jin adalah masjid
tempat Rasul Saw. menerima rombongan jin untuk berbai`at (berjanji setia)
kepada Rasul Saw. untuk mengikuti syariat Rasul Saw.. Posisinya berada dekat
dengan Ma`la.