Rabu, 18 September 2013

TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH DI MEKKAH DAN SEKITARNYA



DIANTARA KEUTAMAAN KOTA MAKKAH
1.      Tempat dibangunnya Baitullah,
2.      Tempat kelahiran dan Kenabian Nabi Muhammad Saw.,
3.      Tempat yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia untuk mengunjunginya dan beribadah disana; orang yang dekat maupun yang jauh,
4.      Tempat yang tidak boleh seorangpun masuk ke dalamnya kecuali dengan kerendahan hati, khusyu`, kepala terbuka, dan meninggalkan segala perhiasan dan kebanggaan duniawi,
5.      Tempat yang dijadikan oleh Allah sebagai
tanah suci yang aman, yang tidak boleh ada pertumpahan darah,
6.      Tempat yang dimaksudkan untuk menghapuskan dosa-dosa masa lalu,
7.      Tempat disyariatkannya kepada manusia untuk thawaf di Ka`bah,
8.      Tempat yang yang diizinkan oleh Allah untuk menghadap dan melambaikan tangan; kepada Ka`bah Hajar Aswad, dan Rukun Yamani.  Tidak ada satupun tempat di dunia yang diizinkan untuk melambaikan tangan kecuali tempat-tempat tersebut,
9.      Tempat yang menjadi kiblat manusia sedunia,
10.  Tempat yang terdapat didalamnya shalat dilipatgandakan pahalanya oleh Allah sangat banyak,
11.  Tempat yang dilarang oleh Allah untuk menghadap dan membelakanginya ketika buang hajat di tempat terbuka,
12.  Tempat yang diberi balasan bagi orang yang masih berniat buruk/jahat walaupun belum melakukannya. Jikalau melakukannya diberi ganjaran dosa yang berlipatganda, 
13.  Tempat yang dijadikan oleh Allah sebagai salah satu objek sumpah Allah,
14.  Tempat yang tidak dibolehkan dimasuki oleh orang-orang kafir,
15.  Tempat yang dijaga oleh para malaiakat sehingga tidak bisa dimasuki oleh Dajjal,
16.  Negeri yang paling dicintai oleh Rasul Saw..

MASJIDIL HARAM
Yang dimaksud dengan Masjidil Haram adalah Ka`bah, tempat thawaf di sekelilingnya, bangunan dan halaman tempat shalat, serta semua bagian perluasan yang dilakukan sejak masa Umar bin Khattab sampai perluasan terakhir. Shalat di masjidil Haram ini adalah lebih baik daripada masjid lainnya 100.000 derajat.

Setelah perluasan Saudi II (lantai dasar, lantai atas, dan lantai atap, dll.) luas keseluruhan Masjidil Haram menjadi 278.000 m persegi dengan daya tampung 694.000 jamaah, didukung oleh sekitar 100 an pintu dan 9 menara. Menara  yang tinggi menjulang ke langit dibangun di atas pondasi seluas 7 m persegi dan di tengahnya terdapat tangga melingkar menuju ke dua balkon menara.

Untuk memudahkan jamaah menunaikan hajat mereka dan berwuduk, di halam masjidil Haram di depan pintu Malik bin Abdul Azi) dan di halaman yang dekat dengan Marwa dibangun toilet untuk laki-laki dan perempuan secara terpisah, masing-masing terdiri dari dua lantai. Luas keseluruhannya mencapai 14.000 m persegi. Belakang di depan pintu Malik bin Abdul Aziz juga di tambah tempat berwuduk saja dan di dekat pintu umrah toilet juga ditambah. Bagi jamaah yang ingin shalat di lantai dua disediakan tangga-tangga elektronik di pintu Ajyad, pintu al-Fath, pintu Shafa, pintu Marwa, dan di pintu Syamiyah.
 
Sejak peninggalan Rasul Saw. telah dilakukan beberapa kali perluasan Masjidil Haram, yaitu;
1.      Di masa Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17 H/639
2.      Di masa Khalifah Utsman bin Affan 26 H/648 M
3.      Di masa Khalifah Abdullah bin Zubair 65 H/685 M
4.      Di masa Khalifah al Walid bin Abd. Malik 91 H/709 M
5.      Di masa Khalifah Abu Ja`far al–Manshur al-`Abbasi 137 H/755 M
6.      Di masa Khalifah Muhammad al-Mahdi al-`Abbasi 160 H/777 M
7.      Di masa Khalifah Al-Mu`tadlid al-`Abbasi 284 H/897 M
8.      Di masa Khalifah Al-Muqtadir al-`Abbasi 306 H/918 M
9.      Di masa Raja Abdul Aziz 1375 H/1955 M
10. Di masa Raja Fahd 1409 H/1988 M

KA`BAH
Ka`bah di dalam al-Qur`an disebutkan dengan nama-nama: al-Bait, Baitullah, al-Bait al-Haram, al-Bait al-`Atiq, dan Qiblat. Di dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa Ka`bah direnovasi setidaknya 12 kali sepanjang sejarah. Diantara yang pernah merenovasi Ka`bah adalah: Malaikat, Nabi Adam As., Nabi Syits bin Adam As, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, al-`Amaliqah, Jurhum, Qushai bin Kilab, Qurays, Abdullah bin Zubair (65 H), Hajjaj bin Yusuf (74 H), Sultan Murad al-Utsmani (1040 H), dan Raja Fahd bin Abd. Aziz (1417 H.). 

Setelah renovasi terakhir, dondisi Ka`bah adalah; tinggi Ka`bah 14 m, panjang dari arah Multazam ke Hijir Ismail 12,84 m, panjang sisi Hijir Ismail 11,28 m, antara Rukun Yamani dan Hijir Ismail 12,11 m, antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad 11,52 m, diameter dari Ka`bah ke Hijir Ismail 8.46 m, panjang seluruh Hijir Ismail 17.57 m (setengah lingkaran).

Di dalam Ka`bah  terdapat tiga tiang utama penyangga atap yang terbuat dari kayu yang berdiameter 44 cm dan jarak antar tiang 2,35 m. Di sebelah kanan dalam Ka`bah terdapat tangga menuju atap. Tangga tersebut memiliki pintu yang dikenal dengan bab al-taubah (pintu taubat).

Pondasi Ka`bah
Setelah beribu-ribu tahun dan setelah pertama kali dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As ternyata pondasi Ka`bah sangat kuat. Pondasi peninggalan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As adalah batu-batu besar yang keras berbentuk seperti punggung onta. Ketika direnovasi pada tahun 1417 H pondasi tersebut dibongkar, ternyata kedalamannya sekitar 1,40 m. Hingga saat ini pondasi tersebut sudah berumur lebih dari 5000 tahun. Ini sebagai tanda bahwa pondasi Ka`bah dirancang oleh Allah untuk sampai kiamat nanti.

Pintu Ka`bah
Ketika pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As, Ka`bah memiliki dua pintu yang menyentuh tanah. Pintu Timur digunakan untuk masuk ke Ka`bah dan pintu Barat untuk jalan keluar. Ketika kaum Qurays merenovasi Ka`bah, mereka menutup pintu Barat. Sedangkan pintu Timur ditinggikan dari permukaan tanah dan daun pintunya dibuat menjadi dua. Pada renovasi Raja Sa`ud terakhir pintu Ka`bah dan pintu Taubah dibuat dengan dilapisi emas.

Kiswah (Kain Hitam) Penutup Ka`bah
Dikabarkan bahwa yang pertama kali mengkiswahi Ka`bah adalah Nabi Ismail As. Pada masa Islam, Rasul Saw. yang pertama kali mengkiswahinya dan dilanjutkan oleh para penguasa setelah itu. Sejak tahun 656 H/1258 M, kiswah didatangkan dari Mesir dan diberhentikan pada tahun 1343 H/1924 M. pada tahun 1346 H Saudi membuat pabrik Ka`bah dan kiswah berasal dari pabrik tersebut. Pada tahun 1355 H diadakan perjanjian antara Mesir dan Saudi, pengiriman kiswah Ka`bah kembali dilakukan dari Mesir sampai tahun 1381 H. Pada tahun 1382 H pemerintah Saudi kembali membuka dan mengaktifkan pabrik kiswah lama sampai dibangunnya pabrik kiswah baru di Mekkah.

Kiswah yang membungkus Ka`bah terbuat dari sutra murni yang diberi warna hitam disekelilingnya dan dirajut dengan tulisan-tulisan arab dari emas. Tinggi kiswah 14 m, berat sutra yang digunakan 670 Kg, lebar kiswah dari pintu 11,67 m, antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani 10,18 m, sisi Hijir Ismail 9,90 m, antara Rukun Yamani dan Rukun Syami 12,04 m, dan luas atap kiswah 658 m persegi.

Talang Air
Terletak di atas bagian Hijir Ismail, dibuat guna memperlancar peredaran air dari atap Ka`bah ketika proses pencucian maupun guna mengantisipasi genangan air akibat hujan. Talang air pertama kali dibuat oleh kaum Qurays, bersamaan dengan membuat atap Ka`bah, yang sebelumnya tidak beratap. Saat ini talang air ini sudah dilapisi dengan emas maka sering dikenal dengan `talang emas`. Menurut para ulama di bawah talang air ini adalah tempat do`a mustajab.

Hajar Aswad
Hajar Aswad berada di salah satu sudut Ka`bah, sekitar 1,10 m dari tanah, panjang 25 cm, dan lebar sekitar 17 cm. Hajar Aswad ini awalnya merupakan satu bongkah batu saja, tetapi sekarang berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu-batu kecil karena pernah pecah, saat pencurian Hajar Aswad pada tahun 319 H dan dikembalikan lagi ke posisinya pada tahun 339 H. Gugusan yang terbesar seukuran satu buah kurma dan tertanam di batu besar lain yang dikelilingi oleh ikatan perak.

Hajar Aswad ini kata Rasul Saw. diturunkan dari surga dan warnanya lebih putih daripada susu. Namun dosa-dosa anak cucu Adam lah yang menjadikannya hitam.  Orang-orang yang thawaf dianjurkan untuk mencium Hajar Aswad atau menyentuhnya, paling minimal melambaikan tangan kepada Hajar Aswad di saat akan memulai thawaf.

Multazam
Adalah bagian Ka`bah yang terletak antara sudut Kabah yang ada Hajar Aswad dan pintu Ka`bah (ukurannya sekitar 2 m). Multazam merupakan tempat do`a dikabulkan dan dianjurkan berdo`a di tempat ini dengan menempelkan kedua telapak tangan, pipi dan dada ke dinding Ka`bah.

Hijir Ismail
Adalah bangunan terbuka yang membentuk setengah lingkaran. Pada mulanya Hijir Ismail membentuk lingkaran utuh, tetapi pada saat renovasi pada zaman Qurays setengah lingkarannya terpotong. Hijir ismail pada asalnya merupakan bagian dari Ka`bah dan tidak jadi dijadikan sebagai Ka`bah, karena kaum Qurays kehabisan dana ketika merenovasi Ka`bah. Karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka`bah, tidak sah thawaf dilakukan di dalam Hijir Ismail.

MAQAM IBRAHIM
Adalah batu yang dibawa oleh Nabi Ismail As yang digunakan sebagai tempat Nabi Ibrahim As berpijak ketika membangun Ka`bah. Posisinya berada di sisi Ka`bah yang ada pintu Ka`bah. Dari atas batu itulah Nabi Ibrahim As membangun Ka`bah dengan tangannya sendiri. Seorang yang telah menyelesaikan thawaf haji atau thawaf umrah dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunat dua rakaat di belakangnya.

SUMUR ZAMZAM
Sumur zamzam berasal dari sebuah mata air yang bersumber dari dalam tanah, di saat Nabi Ismail As kehausan. Dulu, Nabi Ibrahim As membawa istrinya, Hajar dan Ismail ke Makkah. Lalu Nabi Ibrahim As meninggalkan keduanya untuk berdakwah dan mereka dibekali dengan kurma dan air minum. Setelah beberapa lama, air minum mereka habis, maka Hajar berlari-lari ke puncak Shafa untuk mencari pertolongan kepada orang-orang yang mungkin melihatnya, tapi tidak ada. Kemudian ia berlari ke Bukit Marwa untuk melakukan hal yang sama, tapi tidak ada juga. Di saat pencarian itulah nampak air menyembur dari bawah pipi Nabi Ismail As yang sedang kehausan. Hajarpun kemudian menggali sumber air tersebut. Posisinya sekitar 11 m dari Ka`bah yang hampir sejajar dengan posisi sudut yang terdapat Hajar Aswad.

BUKIT SHAFA dan MARWA
Bukit Shafa adalah bukit yang berada sekitar 130 m ke arah Selatan dari Ka`bah. Dari tempat ini ibadah sa`i bermula. Dan bukit Marwa adalah bukit kecil dari batu api atau geretan, yaitu batu putih yang keras yang berada sekitar 300 m ke arah Timur Laut dari rukun Syami (sudut Ka`bah ke arah Syam). Dari tempat ini ibadah sa`i berakhir. Bukit Shafa dan Marwa memiliki arti penting dalam sejarah islam karena banya perkara penting sepanjang sejarah yang terjadi di ke dua bukit ini.

JABAL TSUR
Jabal Tsur adalah gunung yang tertinggi di Makkah, letaknya sekitar 7 Km dari Masjidil Haram, arah Selatan. Gua ini menjadi sangat berarti penting karena di tempat ini Nabi bersembunyi selama 3 hari saat akan melanjutkan perjalanan Hijrah beliau menuju Madinah bersama Abu Bakar.

Pada malam Nabi memulai perjalanan hijrah, di siang harinya Ia mengabarkan Abu Bakar rencana hijrah tersebut dan meminta Abu Bakar bersiap-siap untuk berangkat di malam hari serta mengatur starategi dengan anak-anak Abu Bakar. Abdullah, anak Abu Bakar dan pembantunya disuruh untuk mengembalakan kambing setiap hari di Jabal Tsur sambil mencari tahu kabar yang beredar di Makkah. Setiap sore hari Abdullah menyinggahi Nabi dan Abu Bakar untuk mengantarkan air susu kambing. Sedangkan Asma, anak Abu Bakar bertugas mengantarkan makanan. 

Sebelum berangkat, Rasul Saw. menitipkan kepada Ali bin Abi Thalib semua titipan orang Qurays yang berada di tangan Rasul Saw. dan meminta Ali untuk mengembalikannya. Ali juga diminta untuk menggantikan Rasul di tempat tidurnya pada malam hari keberangkatan itu. Karena sudah curiga bahwa Rasul Saw. akan berhijrah, pada malam hari para algojo Qurays dari berbagai kabilah sudah berkumpul dan mengepung rumah Rasul, mengintai beliau keluar.

Malam itu Rasul keluar dengan mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke wajah mereka sambil membaca QS: Yasin: 9. Sehingga tidak seorang musuhpun yang melihat Rasul Saw.. Lalu Ia menyinggahi Abu Bakar dan memulai perjalanan hijrah. Mereka berdua lalu menuju gua Tsur untuk bersembunyi sambil mengamati berita yang berkembang di Makkah dan membaca situasi. Ketika sudah sampai di gua Tsur, mereka berdua memasukinya.
Untuk mengelabui para algojo kafir Qurays yang mengejar mereka, Allah menutup mulut goa dengan jaring laba-laba dan sarang merpati yang sedang bertelur. Sehingga terkesan bahwa mulut goa ini tidak pernah dimasuki orang dan mereka berkesimpulan bahwa Nabi Saw. tidak bersembunyi di dalam goa tersebut. Kisah ini diabadikan di dalam QS: Al-Taubah: 40. 

Setelah dirasa aman, Rasul Saw. kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah melalui arah yang berlawan dengan Madinah dan menempuh jalan yang tidak biasa dipakai untuk perjalanan Madinah dengan panduan guide yang bernama Amir bin Fahirah.

 JABAL RAHMAH  DAN ARAFAH
Tempat ini dinamakan Arafah karena:
1. Ketika Jibril mengajarkan tentang manasik haji kepada Nabi Ibrahim As, ia bertanya kepada Nabi Ibrahim As: "apakah kamu sudah paham?", Nabi Ibrahim As menjawab: "araftu" (aku sudah paham).
2. Penamaan Arafah juga berasal dari kalimat i`tarafa (pengakuan terhadap dosa yang dilakukan dan memohon ampunan kepada Allah).
3. Sebagian ulama menyatakan bahwa disinilah Hawa dan Adam bertemu dan saling mengetahui  (`arafa) kembali keadaan masing-masing.

Arafah adalah tempat jamaah haji melaksanakan wukuf sebagai pelaksanaan rukun haji pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada waktu itu semua jamaah haji berkumpul di padang Arafah ini. Allah membebaskan banyak orang dari api neraka dengan jumlah yang tidak ada bandingannya dengan hari-hari yang lain di tempat ini. Kata Rasul Saw., doa yang paling afdhal adalah do`a di Arafah. Syaitan juga sangat hina dan kerdil sekali menyaksikan banyaknya rahmat Allah dan besarnya ampunan Allah kepada orang-orang yang minta ampun di hari itu. Jamaah Haji Indonesia diatur oleh pemerintah Indonesia sudah berada di tempat ini pada tanggal 8 Dzulhijjah.

Disini Rasul Saw. melakukan Khutbah pada saat melaksanakan Haji Wada`, tepatnya di posisi masjid Namirah yang masih ada. Perlu diketahui bahwa bagian depan masjid Namirah tidak termasuk ke dalam wilayah Arafah, sehingga tidak sah berwukuf di bagian depan masjid. Rasul juga menaiki puncak Jabal Rahmah dan mengatakan bahwa siapa yang sanggup untuk menaiki hendaklah menaikinya dan berdo`a di tempat itu.  

Arafah terletak sekitar 22 Km, sebelah tenggara Makkah dan merupakan tanah seluas sekitar 7 Km. Batasan-batasan Arafah diberi tanda oleh pemerintah Saudi Arabia dengan tulisan yang jelas "BIDAYATU ARAFAH (ARAFAH HERE) dan NIHAYATU ARAFAH (ARAFAH HERE)".

MUZDALIFAH
Dinamakan dengan Muzdalifah Karena manusia mendatanginya pada awal atau pertengahan malam. Setelah terbenam matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah seluruh jamaah haji bergerak dari Arafah menuju Muzdalifah. Di sana mereka shalat Magrib dan Isya dijamak ta`khir dan diqashar. Setelah Subuh mereka meninggalkan Muzdalifah dan bergerak menuju Mina. Jamaah haji diperbolehkan mengumpulkan batu-batu kerikil di Muzdalifah atau di Mina. Di sini terdapat masjid yang dikenal dengan masjidil al-Masy`aril Haram.
Luas Muzdalifah secara keseluruhan sekitar 12,25 Km, disana terdapat rambu-rambu yang menandai batas-batas Muzdalifah "BIDAYATU MUZDALIFAH (MUZDALIFAH HERE) dan NIHAYATU MUZDALIFAH (MUZDALIFAH HERE)".

MINA
Sebuah tempat yang mesti disinggahi oleh orang yang menunaikan haji dan bermalam di tempat ini. Seluruhnya berkumpul di tempat ini untuk mabit, setelah mereka bermabit di Muzdalifah. Arealnya sempit tetapi mampu menampung berapapun banyaknya orang yang mabit di tempat ini. Di dalam hadis disebutkan bahwa Mina itu seperti rahim, meskipun terlihat kecil tapi ia akan meluas dan menyanggupi untuk menampung semua yang berada di dalamnya. Di sekeliling Mina terdapat rambu-rambu yang menandai batas-batas Mina "BIDAYATU MINA (MINA HERE) dan NIHAYATU MINA (MINA HERE)"

Disini jamaah haji melontar jumrah `Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, sebagai simbolik kemarahan dan penghinaan kepada syaitan, bahwa kita tidak akan pernah mengagungkan dan mengikutinya dalam menjalankan kehidupan sebagai hamba Allah. Pada hari itu mereka juga dianjurkan untuk menyemblih binatang qurban (bukan dam). Kedua hal ini sebagai tauladan terhadap kisah Nabi Ibrahim As ketika hendak menyemblih Nabi Ismail As dan bertauladan kepada Rasul Saw. yang melakukan lontar jumrah dan menyemblih hewan kurban di Mina ini.

Di Mina terdapat Masjid al-Khaif yang posisinya berdekatan dengan jumrah Ula. Di masjid ini Nabi pernah shalat dan para Nabi sebelumnya. Jamaah haji bermalam di Mina sampai tanggal 13 Dzulhijjah dan di siang harinya melontar ketiga jumrah; Ula, Wustha dan `Aqabah.

JABAL NUR & GUA HIRA`
Gua hira adalah sebuah gua tempat Nabi beruzlah (menyendiri/menjauhkan diri dari keramaian untuk beribadah) di usia mudanya, karena gerah dengan suasana penduduk Makkah yang menyembah berhala dan kerkelakukan jahiliyah. Ia mendekatkan diri kepada Allah yang dikenal dengan istilah tahannuts. Di kala itu Ia didatangi oleh malaikat Jibril  As untuk menyampaikan wahyu pertama; Iqra` Bismi Rabbikalladzi Khalaq (QS: Al `Alaq: 1-5). Gua Hira ini terdapat di Jabal Nur yang berjarak sekitar 6 Km dari Masjidil Haram, sebelah Utara. untuk mendakinya butuh waktu lebih kurang 1 jam dan melalui pendakian yang terjal dan sempit.

SALURAN AIR ZUBAIDAH (`AIN ZUBAIDAH)
Sepanjang lereng perbukitan yang memanjang dari Mina, Muzdalifah dan Arafah terdapat saluran air Zubaidah. Saluran air ini dibangun sepanjang lebih kurang 10 mil sampai ke sumber air Hunain, untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji terhadap air selama mereka berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Dinamakan dengan saluran air Zubaidah Karena saluran air ini dibangun atas titah dari Zubaidah, istri Khalifah Harun al-Rasyid setelah melihat kesulitan jamaah haji untuk memperoleh air selama melaksanakan rangkaian ibadah haji.

MASJID JI`RONAH
Ji`ranah berada di antara Thaif dan Makkah, lebih dekat ke Makkah. Berjarak sekitar 16 Km dari kota Makkah. Rasul Saw. pernah singgah di tempat ini  untuk mengembalikan tawanan perang Hunain dari Hawazin dan membagikan Ghanimah setelah kepulangannya dari peperangan Hunain. Karena perbekalan air minum habis dan merasakan dahaga sedangkan di lembah ini tidak ditemukan adanya sumber air, maka Rasul Saw. memukulkan tongkat beliau dan memancarlah air yang bisa mencukupi seluruh yang ikut. Karena airnya sudah kering, belakangan sumur itu ditutup.

Rasul Saw. kemudian berihram untuk melaksanakan umrah dari tempat ini. Oleh karena itu menurut para ulama tempat berihram (miqat makani) terbaik adalah di tempat ini, karena disini Nabi memulai ihramnya. Di tempat ini sekarang terdapat masjid yang dikenal dengan masjid Ji`ranah.

MASJID TAN`IM
Masjid Tan`im juga dikenal dengan nama masjid Aisyah, Ummu al-Mukminin. Dinamakan dengan masjid Aisyah, karena Ia mengambil miqat pada saat akan melaksanakan umrah di tempat ini. Pada saat umrah itu seluruh rombongan sudah melaksanakan haji dan umrah, sedangkan Sayyidah Aisyah belum melaksanakan umrah karena Ia masih dalam keadaan haid di saat orang-orang melaksanakan tahawaf umrah/qudum, sehingga Ia tidak bisa melaksanakan thawaf. Setelah pelaksanaan haji setelah Aisyah suci, Ia minta izin untuk berumrah. Maka Rasul Saw. menyuruhnya untuk pergi bersama Abdurrrahman Bin Abu Bakar (saudaranya) untuk mengantarnya ke Tan`im dan berihram dari Tan`im, setelah melaksanakan haji pada bulan Dzulhijjah. Peristiwa ini terjadi pada saat haji wada` di tahun ke 10 H.

Sejak itu, Tan`im menjadi miqat makani bagi orang-orang yang berada di tanah haram dan berniat ingin melakukan umrah. Tempat ini adalah miqat makani terdekat dibanding miqat makani lainnya, yang berjarak sekitar 7,5 Km dari Masjidil Haram, berada dipinggir jalan Makkah menuju Madinah.

PEMAKAMAN MA`LA
Pemakaman ini terdapat di sebelah kiri Masjidil Haram. Di dalamnya terdapat kuburan Siti Khadijah, istri Rasul Saw., para sahabat, tabi`in dan jamaah haji dan umrah yang meninggal di Makkah. Selain Ma`la, di Makkah juga terdapat pemakaman Syarai`.

MASJID HUDAYBIAH
Hudaybiah merupakan tempat para sahabat Nabi berbai`at (berjanji setia) kepada Rasul Saw. untuk memerangi kafir Qurays yang dikenal dengan Bai`atul Ridlwan pada tahun ke 6 H.. Di tempat ini juga Rasul Saw. melakukan perjanjian Hudaybiah (Sulh al-Hidaybiah) dengan orang kafir Qurays. Masjid Hudaybiah terletak 24 Km dari masjidil Haram.
Pada saat di Hudaibiyah para sahabat mengadukan bahwa mereka tidak ada air untuk berwuduk dan air minum kepada Rasul Saw.. Pada saat itu Rasul Saw. masih ada air di ember kecil untuk berwuduk beliau pribadi dan minum. Maka Rasul Saw. memasukkan tangannya ke dalam ember kecil itu, dan air mengalir terus menerus sehingga cukup untuk berwuduk dan air minum rombongan yang jumlahnya sekitar 115 orang. Diriwayatkan bahkan jikalau seratus ribupun yang ada, air itu pasti akan mencukupi mereka. Keluarnya air dari sela-sela jari-jarinya yang mulia merupakan salah satu mukjizat beliau.

MASJID JIN
Masjid jin adalah masjid tempat Rasul Saw. menerima rombongan jin untuk berbai`at (berjanji setia) kepada Rasul Saw. untuk mengikuti syariat Rasul Saw.. Posisinya berada dekat dengan Ma`la.